Terdengar bunyi gemuruh. Sadar dengan datangnya bahaya, warga lalu bergegas menuju ke tanah lapang. Belum 30 menit disana, warga lalu bergegas mencari tempat yang berada di ketinggian untuk menyelamatkan diri dan keluarga. Air bah yang bisa dipastikan adalah tsunami mulai memporakporandakan kampung mereka. Tak sedikit yang menangis mengingat beberapa kerabat mereka yang tak sempat tertolong.
Sejam berlalu. Suasana sudah mulai tenang. Sebagian warga mulai beranikan diri untuk kembali. Ratusan personil regu penolong dari PMI, tim SAR dan TNI/POLRI mulai dikerahkan untuk mengevakuasi para korban serta membantu menolong mereka yang masih bisa diselamatkan. Tim Siaga bencana serta Satkorlak mulai membangun kamp pengungsian berupa tenda sebagai tempat berteduh sementara karena pemukiman warga sudah hancur diamuk tsunami.
Itulah gambaran suasana Latihan Penyelamatan Diri Terpadu (LPTD) yang dilakukan LIPI bersama dengan Pemda kota Ternate di kawasan kelurahan Jambula, kecamatan Pulau Ternate, Sabtu (23/8/2008) siang ini. 1000 lebih warga turut terlibat. Jumlah itu termasuk 100 para siswa SD setempat, dan 500 personil Satgas baik dari SAR, PMI, Satkorlak serta personil TNI/POLRI turut ambil bagian.
Tsunami memang berpotensi melanda Ternate terutama kawasan pesisir barat yang memang kontur wilayahnya rendah dan hampit sejauh 500 meter dari garis pantai. "Potensi tsunami di wilayah ini berasal dari Barat Laut pulau Ternate. Rekomendasi ini merupakan penelitian LIPI dimana terdapat tiga lempeng besar yang jika diguncang gempa sebesar 7 SR sangat berpotensi menimbulkan tsunami," kata Juriono, penanggung jawab kegiatan tersebut pada wartawan.LPTD itu sendiri diharapkan untuk menguji kesigapan dalam melaksanakan prosedur tetap yang sudah terbentuk. "Semua elemen diharapkan mengerti apa yang harus dilakukan ketika terjadi bencana, termasuk bagi masyarakat agar memperoleh pengalaman dan gambaran apa yang semestinya mereka lakukan untuk menyelamatkan diri saat bencana terjadi," pungkasnya. ***